Saturday, January 30, 2010

Negara Proyek


(Wawancara Imajiner Antar Generasi di tahun 2045, seabad setelah merdeka)
(Disajikan pada acara Peringatan Seabad Kebangkitan Nasional, 2008)

Anak & Cucunya menjadi korban keteledorannya.

Pertanyaan sang Cucu : Mengapa hidup saya sengsara kakek ? Jawaban sang kakek : Maafkan kakekmu, kesengsaraanmu sekarang ini, semuanya gara gara kesalahanku dimasa lalu didalam mengelola lingkungan hidupmu sekarang ini. Apakah itu karena kakek tidak mencintaimu ?, jangan berpendapat begitu, saya tetap sayang kepadamu hanya kebodohanku saja yang menjadikan kamu hidup sengsara. Kelangkaan ketersediaan air bersih, bahan pangan pokok dan kerusakan lingkungan hidup telah menjadikan kesengsaraan yang berlarut larut.

Belajar dari kasus Lagu Rasa Sayang Sayange, Reyog Ponorogo dlsb., mengisyaratkan bahwa Indonesia sudah kurang dihargai dan dipandang sebelah mata oleh negara tetangga, karena apa ?. Mungkin karena kita tidak kuat, tidak mampu memberdayakan potensi kita secara benar dan bermanfaat optimal, terutama potensi manusianya yang meskipun jumlahnya banyak tetapi sedang “sakit”, hidupnya kurang mandiri, tergantung bangsa lain terutama dalam hal mencukupi kebutuhan pokoknya. Mengapa dapat demikian, salah satunya karena negara ini adalah negara proyek.

Negara proyek adalah negara yang dibangun dan diselenggarakan melalui pelaksanaan dari rangkaian berbagai proyek. Dengan demikian nilai kesuksesannya ditentukan dan diukur dari kelengkapan administrasi masing masing proyek dalam memenuhi ketentuan yang dipesankan oleh TORnya, nyaris tanpa mengenal nilai manfaat sebagai outcomenya, yang semestinya menjadi tujuan yang sebenarnya.
Negara Proyek adalah negara yang program pembangunannya mengingkari hakekat ”community development”. Sebagai ilustrasi disampaikan rekaman dialog “balada jalan raya” seperti tersebut dibawah.

Penanya : Apakah musuh jalan raya ?
Penjawab : Air
Penanya : Apakah musuh jalan raya ?
Penjawab : Air
Penanya : Lho apa kamu mengantuk ?
Penjawab : Tidak pak saya hanya sekedar menyampaikan pesan hukum alam, yang mana siapapun tidak mungkin melawannya, sekalipun itu presiden dengan inpresnya.
Penanya : Lalu musuh berikutnya apa ?
Penjawab : Direksi, karena membuat TOR tidak jelas dan kurang sesuai dengan kebutuhan nyata lokasi, situasi juga konsisi lingkungan setempat.
Penanya : Siapa lagi ?
Penjawab : Kontraktor, karena melaksanakan pekerjaan dilandasi keinginan untung sebanyak mungkin tanpa etika.
Penanya : Berikutnya lagi ?
Penjawab : Perencana & Pengawas pelaksanaannya yang bukan ahli beneran.
Penanya : Berikutnya lagi ?
Penjawab : Administrator & Birokrat, yang mempersulit prosedure yang sederhana
Penanya : Berikutnya lagi ?
Penjawab : Kaum Penegak Hukum yang suka disogok dan rakus harta.
Penanya : Berikutnya lagi ?
Penjawab : Kaum pendidik para ahli yang terkait, sejak ahli teknik jalan raya sampai ahli ahli lainnya sebagai produk Pendidikan Tinggi. Bisa jadi ahli semuanya hanyalah ahli palsu atau sekedar ”wenteran”, yang mana begitu dihadapkan pada masalah nyata titel keahliannya langsung luntur kembali kewarna aslinya yaitu kebodohan.
Penanya : Berikutnya lagi ?
Penjawab : Disiplin masyarakat yang amburadul tidak mampu berpikir panjang
Penanya : Berikutnya lagi ?
Penjawab : Kaum Pemuka masyarakat dan Ulama, yang tidak mengajarkan cara hidup didunia secara komplit/utuh dan benar, serta nilai nilai etika juga moral secara benar. Dengan demikian mampu merubah fungsi jalan raya menjadi padang pembantaian dan alat untuk eksploitasi oleh manusia terhadap manusia yang lain.
Penanya : Lalu apa yang harus dilakukan untuk merubah kondisi sekarang ini?.
Penjawab : Tanyakan kepada generasi penerusmu, apakah mereka masih
mempercayaimu.

Tulisan ini saya ambil dari posting Bapak Darmanto Hartosuwahyo dari milis CIVENG
Silahkan pembaca membantu pertanyaan terakhir

No comments:

Post a Comment